COVID-19 dan Industri Pangan
Oleh Umar Santoso*
Sejak WHO menetapkan status COVID-19 sebagai pandemi 11 Maret 2020 wajah dunia berubah menjadi lain sama sekali. Terjadinya wabah COVID-19 berpengaruh terhadap berbagai segi kehidupan dan aspek sosial ekonomi, tak terkecuali industri pangan.
Meskipun WHO telah menyatakan bahwa COVID-19 diyakini tidak menjalar melalui makanan sebagian masyarakat ada yang masih tanda-tanya. Hal lain, wabah COVID-19 telah mendisrupsi dunia, sehingga industri pangan dituntut siap menghadapi risiko tersebut dan mampu menjamin dapat memberikan pasokan pangan bagi masyarakat. Perlu usaha-usaha industri pangan mencari peluang dan mengembangkan inovasi-inovasi ke depan.
COVID-19 tidak menjalar melalui makanan. COVID-19 bukan merupakan penyakit yang disebabkan mengonsumsi makanan tetapi berasal dari hewan. Meskipun RNA virus telah ditemukan di sampel kotoran pasien terinfeksi, virus itu terutama ditularkan melalui cairan saluran pernafasan atau kontak langsung dengan pasien terinfeksi, bukan makanan. Disimpulkan tak ada bukti ilmiah COVID-19 menular melalui makanan.
Hal lain adalah wabah berpengaruh terhadap gizi masyarakat. Sebab, selama masa wabah masyarakat tinggal di rumah maka berakibat timbul risiko gizi tak seimbang dalam mengonsumsi makanan. Sebagian masyarakat kekurangan cadangan makanan, sementara lainnya meskipun menyimpan banyak tetapi konsumsi makanan tidak beragam. Adanya wabah berpotensi menimbulkan masalah gizi masyarakat.
Tantangan
Wabah COVID-19 telah menimbulkan tantangan berat bagi industri pangan dan pengaruh parah pada restoran dan UKM pangan. Sektor distribusi pangan, transportasi dan restoran mengalami kerugian besar. Banyak restoran dan usaha catering tidak dapat menjalankan bisnisnya. Wabah COVID-19 juga melumpuhkan banyak usaha kecil menengah (UKM) pangan.
Tantangan lain adalah keamanan pangan dan sanitasi menjadi persyaratan tinggi. Dalam menghadapi wabah, kesadaran masyarakat terhadap sanitasi dan keamanan pangan meningkat tajam. Karena itu masalah pembersihan dan disinfeksi di pabrik dan seluruh rantai pasok serta restoran harus terjamin. Pelaksanaan disinfeksi lebih ketat perlu dilakukan untuk menjamin keamanan pangan.
Tuntutan terhadap e-commerce merupakan tantangan lain. Untuk merespon wabah perusahaan perlu mengimplementasikan cara-cara untuk memberi pelayanan lebih nyaman bagi konsumen yang mengarah ke permintaan secara on line. Produsen makanan perlu fasilitas menyesuaikan tuntutan konsumen. Pengantar makanan dan sanitasi fasilitas penghantaran merupakan aspek penting manajemen e-commerce.
Peluang
Tantangan selalu memunculkan peluang. Selama wabah, industri pangan khususnya sektor makanan instant dan awetan memegang peranan penting dalam menjamin pasokan pangan nasional. Masyarakat diminta karantina mandiri di rumah sehingga makanan instan dan makanan beku menjadi pilihan pertama. Pada waktu yang sama produk-produk makanan untuk tujuan medis khusus (food for special medical purposes, FSMP) berperan penting untuk sumber gizi dan perlakuan bagi pasien.
Peluang lain adalah kebutuhan peralatan intelejen dan informasionasi. Kunci untuk menangani tantangan yang dihadapi industri pangan terletak adanya peralatan intelejen dan informasionasinya. Adanya wabah mendorong perusahaan-perusahaan menggunakan internet dan sistem online sebagai jalur utama pemasarannya. Perusahaan-perusahaan akan lebih sensitif terhadap permintaan pasar dan teknologi-teknologi baru termasuk pemanfaatan Artificial intelligent.
Meningkatnya kebutuhan pangan khusus (special food) merupakan peluang prospektif bagi industri pangan. Sebelum tersedia obat dan vaksin, perlindungan diri yang paling efektif terhadap wabah adalah dengan sistem imun. Makanan merupakan bahan utama untuk memenuhi gizi dan kesehatan masyarakat, sedangkan pangan khusus berperan dalam mempertahankan dan meningkatkan imunitas diri.
Peluang lain adalah kebutuhan pangan bagi usia lanjut. Orang-orang usia lanjut makin banyak dan kesehatan kelompok usia ini menjadi aspek penting pengembangan dan inovasi produk. Selama wabah, isu imunitas orang-orang usia 65 tahun ke atas menjadi hal paling disoroti. Karena mereka lebih rentan terhadap penularan COVID-19. Menyediakan diet sehat bagi kelompok usia lanjut menjadi peluang bagi industi pangan.
—-
*Prof Dr Umar Santoso
- Ketua Umum PATPI
- Guru Besar Fak Teknologi Pertanian UGM, Yogyakarta
Leave Comment